Anjangsana Sosial

Kamis, 10 September 2020

Menjadi Milenial yang Merdeka
September 10, 20200 Comments

“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri,”

75 tahun sudah Indonesia merdeka, melalui berbagai perjalanan di setiap tahunnya. Hingga kini Indonesia berada di era yang memudahkan kita mendapatkan pengetahuan, misalnya dalam hal teknologi. 

Sadar atau tidak saat ini semuanya benar-benar sudah berubah. Saat ini generasi kita tiba pada kehidupan yang mengandalkan kemudahan dan kecanggihan teknologi. 

Namun, tak dipungkiri bawa teknologi juga membuat beberapa dari generasi kita saat ini kecanduan dan tak sadar bahwa perjuangannya ada dalam genggaman tangannya sendiri. Harus kita sadari bahwa tantangan generasi kita bukan tentang bagaimana merebut kemerdekaan bangsa, tapi bagaimana tetap bersama-sama untuk mempersatukan dan menjaga keutuhan bangsa ini. 

Para pahlawan pada zamannya sudah berjuang dengan segenap tumpah darahnya untuk melawan penjajah demi kemerdekaan Indonesia, saat ini harusnya kita yang mempertahankan kemerdekaan yang sudah diperjuangakan para pahlawan. 

Namun, memang kenyataannya semua itu tak mudah. Mengapa? karena banyak faktor yang mempengaruhi generasi kita dalam menjaga keutuhan bangsa ini. 

Salah satu yang berdampak cukup besar ialah "Teknologi". Yaa... Selain manfaatnya yang banyak dan memudahkan hidup kita, teknologi ini ternyata bisa memiliki pengaruh buruk jika kita tidak bijaksana dalam memanfaatkannya. 

Misalnya, teknologi akan jadi sia-sia jika keseharian generasi saat ini hanya scrolling Instagram, Whatsapp, Youtube, atau aplikasi lain tanpa arah dan tujuan. Apalagi jika terpancing dengan berita-berita hoax, gosip semata, atau bahkan saling menebar ujaran kebencian. 

Itulah yang membuat miris dan menjadi tantangan generasi sekarang. Namun, itu semua kembali lagi pada diri kita pribadi. Kedewasaan diri akan menuntun kita pada pilihan yang baik dan bijaksana. Sehingga kita bisa "merdeka" dengan genggaman kita sendiri. 

 Menerapkan 3C Untuk Muda-Mudi 

1. Creative 

 Sebagai wujud juang mempertahankan kemerdekaan, kita sebagai generasi masa kini yang akrab dengan teknologi, bisa menerapkan 3C dalam diri kita, yaitu Creative, Connected, dan Collaborative. 

Creative, merupakan bagian dar "3 C" yang penting, yang menjadi keunggulan dan perlu dilatih oleh generasi kita. Menjadi sosok yang kreatif berarti kita menjadi sosok yang suka dengan hal-hal baru, menemukan ide atau gagasan yang cemerlang, atau bahkan menciptakan penemuan yang out of the box.

Contohnya Pak Nadiem Makarim sang pendiri perusahaan teknologi yang terkenal dan digunakan oleh banyak masyarakat Indonesia hingga kini yaitu Gojek Indonesia. 

Siapa sangka perusahaan ojek berbasis teknologi ini berhasil hingga saat ini sudah tersedia layanannya di manca negara. 

 2. Connected 

 Connected, atau bisa kita sebut dengan saling berhubungan. Ya! Hal ini penting. Saling berinteraksi dan berkoneksi bisa kita jadikan sebagai salah satu keunggulan bagi generasi saat ini berkat adanya teknologi. 

Saat ini, koneksi jarak dekat ataupun jauh bisa sangat mudah untuk dijangkau dan sudah menjadi kegiatan sehari-hari masyarakat Indonesia. 

Dengan teknologi kita bisa mengenal adanya dunia maya, seperti sosial media yang membantu kelancaran hubungan antar individu, bahkan jika harus terpaut antar pulau. Namun, kemudahan kita dalam terkoneksi jarak jauh harus tetap menjadikan diri bijak dalam bersosialisasi. 

Pilihlah kata-kata yang baik, semakin luas koneksi, pasti semakin luas pandangan, ingatlah untuk tetap kokohkan tata krama sopan santun pada orang lain. Jangan sampai kita jadi bagian dari orang yang senantiasa berujar kebencian. 

Pun ketika berbeda pendapat, kita bisa bijaksana untuk saling menghargai dan mencari solusi, bukan justru kita malah saling membenci. Apalagi sampai menyebar fitnah atau hoax, big no ya Sobat ANSOS. 

  3. Collaborative 

 3 C yang ketiga adalah Collaaborative. Maksudnya adalah sudah saatnya anak muda saling berkolaborasi. Menciptakan karya yang mengharumkan nama bangsa. 

Contohnya kegiatan yang relate pada tahun 2020, yaitu bersama-sama membuat konten positif yang mengedukasi masyarakat Indonesia di sosial media baik Youtube, Instagram, Twitter, Tiktok, atau lainnya. 

Dengan kolaborasi yang unik dan memiliki pesan baik, kita bisa ikuti untuk menggunakan teknologi sebaik-baiknya. Mudah sekali, kan, jika menerapkan 3C tersebut secara bersama-sama? Mudah dong. 

Apalagi kita sebagai generasi masa kini, merupakan garda terdepan dalam memperjuangkan pertahanan dan kesatuan bangsa ini. 

Yuk kita buat inovasi-inovasi terbaik untuk Indonesia dengan memanfaatkan teknologi sebaik-baiknya, sehingga makna dari merdeka dalam genggaman kita bisa kita terapkan dengan baik. 

Buat solusi-solusi dari segala permasalahan bangsa yang ada, ambilah peran terbaik yang bisa kita berikan. Sejatinya setiap individu punya perannya masing-masing untuk mempersatukan Indonesia. 

Kemudian, jangan lupa ya Ansosers! Jangan lupa untuk berkolaborasi, karena bersama-sama akan menjadi indah dan luar biasa. 





Penulis: Layla Anggraini 
Penyunting : Nurul Fajriyah
Reading Time:

Selasa, 01 September 2020

 Menggali Potensi di Masa Pandemi
September 01, 20200 Comments

Tahun ini UKM Anjangsana Sosial (ANSOS) kembali menggelar acara talkshow yang diselenggarakan pada 15 Agustus 2020. Jika biasanya UKM ANSOS melaksanakan secara luring, maka untuk tahun ini pelaksannya dilakukan secara daring. 

Mengapa demikian? Karena, tahun ini negara kita sedang berjuang melawan virus korona, dimana pemerintah menghimbau warganya agar tidak berkerumun dan tetap tinggal di rumah untuk jangka waktu tertentu.

Tema yang diusung pada tahun ini ialah “Raih Masa Kini dengan Potensi” atau dapat disingkat menjadi  “RAKIT”. Kami mengundang kak Indra Sugiarto untuk menjadi pembicara yang merupakan pendiri dari @masukkampus dan juga seorang penulis buku.

Meskipun dilaksanakan secara daring, hal ini tidak melunturkan semangat baik dari panitia maupun peserta. Peserta pun tidak terbatas dari kalangan mahasiswa saja, bahkan siswa juga turut menghadiri acara ini. 

Acara berlangsung mulai pukul 13.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB. Banyak sekali hal menarik yang didapatkan selama acara berlangsung, baik dari pesan yang disampaikan oleh kak Indra maupun pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta. 


Salah satu pesan yang digaungkan oleh pendiri @masukkampus ialah mengenali potensi dalam diri. Bagaimana cara kita mengenali potensi diri? Tentunya kita perlu mengetahui apa yang kita sukai maupun tidak, yakin dengan diri sendiri dan tidak menyerah selama proses pencarian tersebut.
 
“Bilang ke diri kamu, kalau sedang masa belajar, ga masalah kalau kamu melakukan kesalahan dan ga masalah kalau kamu ceroboh. Itu semua it’s okay” sepenggal kalimat dari penulis buku Teman Berjuang itu terdengar sederhana namun sarat akan makna. 

Kita diajarkan untuk belajar menerima kegagalan dan kembali bangkit untuk terus berjuang menggapai mimpi melalui potensi diri. Tidak hanya membicarakan mengenai potensi, kak Indra juga mengajarkan mengenai growth mindset dan fixed mindset. 

Growth mindset merupakan pola pikir yang terus berkembang dan selalu ingin belajar. Sedangkan, fixed mindset cenderung membenarkan diri sendiri dan enggan mengubah pemikirannya juga merasa dirinya lah yang paling benar. Biasanya orang dengan fixed mindset menghindari tantangan karena merasa tantangan adalah hal yang menyusahkan.

Di sela-sela sesi webinar panitia menyediakan doorprize bagi peserta yang beruntung. Bahkan, dari pihak kak Indra sendiri pun menyediakan hadiah berupa satu buah buku untuk peserta yang memiliki pertanyaan paling menarik selama sesi tanya jawab.


Alhamdulillah, sesi kali ini berjalan dengan lancar. Antusias peserta sangat tinggi terlihat dari banyaknya pertanyaan yang masuk dan respon positif di gfrom yang telah disediakan.

Semoga ilmu yang kita dapat dari acara talkshow kali ini bermanfaat dan kembali menyalakan api semangat dalam diri untuk terus belajar dan berjuang meraih mimpi serta cita-cita.






Dokumentasi : Ananda Genta Pitaloka & Zahra Yusr Aminah
Penulis : Aisyah Banowati
Penyunting : Diani Ratna Utami
Reading Time:

Senin, 31 Agustus 2020

Ada Kilau Semangat Belajar Pada Terbatasnya Pendidikan di Kampung Cisadon
Agustus 31, 20200 Comments

Saat ini kita ketahui, Indonesia memasuki era yang membuat kita terbiasa dengan kemodernan. Salah satunya dalam bidang  pendidikan. Di kota-kota besar, kita temui anak-anak sudah tak asing jika diminta belajar menggunakan gadget. Hal itu sudah menjadi hal yang lumrah, dan sudah seharusnya kita mendapatkan pendidikan yang layak dan mampu bersaing di dunia internasional. 

Namun, faktanya Indonesia bukan hanya sekedar bagian-bagian dari kota yang sudah maju fasilitasnya. Perlu kita sadari jika Indonesia juga merupakan rumah bagi desa-desa, perkampungan-perkampungan yang dihuni oleh banyak anak yang memiliki mimpi, untuk bisa mengenyam pendidikan dengan tempat belajar yang layak.


Dari banyaknya desa-desa di Indonesia, mari kita melipir dari silaunya gemerlap kota. Tepatnya di Jawa Barat, sedikit menjauh dari Sentul, Bogor, kami menemukan sebuah kampung di atas bukit yang tenang, dingin, dan sunyi, yaitu Kampung Cisadon, Desa Karang Tengah, Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat.

Kampung itu ditinggali oleh 32 kepala keluarga dengan mayoritas pekerjaannya adalah petani kopi atau sayuran. Biasanya, kopi ini dijual untuk para pendatang. Begitulah cara mereka mendapatkan penghasilan. Saat itu, kami datang untuk mengabdi di Cisadon selama dua minggu kedepan.

Disana ketenangan itu tidak beku, melainkan terus mengalir. Semangat belajar anak-anak yang mencairkan itu semua. Semangat belajar itu nampak ketika mereka tetap ceria, meskiharus membelah hutan, mengarungi sungai, atau tanah yang menjadi lumpur ketika hujan untuk sampai ke rumah baca, tempat mereka menghabiskan waktu untuk belajar dengan buku-buku sumbangan dari kota.


Disana, ada seorang anak laki-laki bernama Agin. Agin dikenal sangat pemalu dan takut dengan orang baru. Teman-temannya mengatakan, Agin malu karena usianya sudah beranjak dewasa namun belum bisa membaca dengan lancar.

Kami juga sempat bertemu dengan pendatang yang sudah berbulan-bulan tinggal di Cisadon. Ia pun mengatakan bahwa Agin hanya ingin diajak berbicara dengan orang-orang yang sudah lama ia kenal. “Butuh waktu pendekatan minimal seminggu dengan seorang guru,” kata pendatang tersebut di Cisadon. Mendengar kata itu, kami sempat pesimis karena kami hanyalah mahasiswa.

Namun, kami tak gentar untuk mengajak anak lelaki dengan tubuh tinggi ini bermain dan belajar membaca. Di sisi lain, Ia sangat suka menggambar. Maka dari itu, kami mengikuti apa yang disukai nya agar kami semakin dekat.

Tidak disangka, hanya butuh waktu dua hari untuk mengajaknya bermain dan belajar ke rumah baca. Semakin hari ia pun semakin aktif menunjukkan semangatnya dalam bela diri silat yang juga kami ajarkan saat itu. Bahkan saat matahari baru memancarkan cahaya nya, ia justru sudah rapi dan berjalan menuju rumah baca. 

Setelah dua minggu kami lalui di Cisadon, dengan perubahan yang kian membaik, kami saksikan Agin semakin lancar dalam membaca, silat, dan menggambarnya. Semangat dan keceriaannya, membantu ia untuk melawan rasa takutnya akan dunia luar. 







Dokumentasi : HPD PNJ Mengabdi 2020
Penulis : Faza Nidwana Ribhan 
Penyunting : Nurul Fajriyah
Reading Time:

@ansos_pnj