Agustus 2020 - Anjangsana Sosial

Senin, 31 Agustus 2020

Ada Kilau Semangat Belajar Pada Terbatasnya Pendidikan di Kampung Cisadon
Agustus 31, 20200 Comments

Saat ini kita ketahui, Indonesia memasuki era yang membuat kita terbiasa dengan kemodernan. Salah satunya dalam bidang  pendidikan. Di kota-kota besar, kita temui anak-anak sudah tak asing jika diminta belajar menggunakan gadget. Hal itu sudah menjadi hal yang lumrah, dan sudah seharusnya kita mendapatkan pendidikan yang layak dan mampu bersaing di dunia internasional. 

Namun, faktanya Indonesia bukan hanya sekedar bagian-bagian dari kota yang sudah maju fasilitasnya. Perlu kita sadari jika Indonesia juga merupakan rumah bagi desa-desa, perkampungan-perkampungan yang dihuni oleh banyak anak yang memiliki mimpi, untuk bisa mengenyam pendidikan dengan tempat belajar yang layak.


Dari banyaknya desa-desa di Indonesia, mari kita melipir dari silaunya gemerlap kota. Tepatnya di Jawa Barat, sedikit menjauh dari Sentul, Bogor, kami menemukan sebuah kampung di atas bukit yang tenang, dingin, dan sunyi, yaitu Kampung Cisadon, Desa Karang Tengah, Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat.

Kampung itu ditinggali oleh 32 kepala keluarga dengan mayoritas pekerjaannya adalah petani kopi atau sayuran. Biasanya, kopi ini dijual untuk para pendatang. Begitulah cara mereka mendapatkan penghasilan. Saat itu, kami datang untuk mengabdi di Cisadon selama dua minggu kedepan.

Disana ketenangan itu tidak beku, melainkan terus mengalir. Semangat belajar anak-anak yang mencairkan itu semua. Semangat belajar itu nampak ketika mereka tetap ceria, meskiharus membelah hutan, mengarungi sungai, atau tanah yang menjadi lumpur ketika hujan untuk sampai ke rumah baca, tempat mereka menghabiskan waktu untuk belajar dengan buku-buku sumbangan dari kota.


Disana, ada seorang anak laki-laki bernama Agin. Agin dikenal sangat pemalu dan takut dengan orang baru. Teman-temannya mengatakan, Agin malu karena usianya sudah beranjak dewasa namun belum bisa membaca dengan lancar.

Kami juga sempat bertemu dengan pendatang yang sudah berbulan-bulan tinggal di Cisadon. Ia pun mengatakan bahwa Agin hanya ingin diajak berbicara dengan orang-orang yang sudah lama ia kenal. “Butuh waktu pendekatan minimal seminggu dengan seorang guru,” kata pendatang tersebut di Cisadon. Mendengar kata itu, kami sempat pesimis karena kami hanyalah mahasiswa.

Namun, kami tak gentar untuk mengajak anak lelaki dengan tubuh tinggi ini bermain dan belajar membaca. Di sisi lain, Ia sangat suka menggambar. Maka dari itu, kami mengikuti apa yang disukai nya agar kami semakin dekat.

Tidak disangka, hanya butuh waktu dua hari untuk mengajaknya bermain dan belajar ke rumah baca. Semakin hari ia pun semakin aktif menunjukkan semangatnya dalam bela diri silat yang juga kami ajarkan saat itu. Bahkan saat matahari baru memancarkan cahaya nya, ia justru sudah rapi dan berjalan menuju rumah baca. 

Setelah dua minggu kami lalui di Cisadon, dengan perubahan yang kian membaik, kami saksikan Agin semakin lancar dalam membaca, silat, dan menggambarnya. Semangat dan keceriaannya, membantu ia untuk melawan rasa takutnya akan dunia luar. 







Dokumentasi : HPD PNJ Mengabdi 2020
Penulis : Faza Nidwana Ribhan 
Penyunting : Nurul Fajriyah
Reading Time:

@ansos_pnj