Anjangsana Sosial

Kamis, 22 April 2021

Sepintas Realitas Belajar Tanpa Batas
April 22, 2021 2 Comments

Keterbatasan yang dihadapi saat pandemi menjadi sebuah motivasi untuk membuat dan menerapkan inovasi pembelajaran jarak jauh yang tidak mengenal batas ruang dan waktu, tanpa mengurangi nilai efektivitas. Lantas, bagaimana realita yang terjadi?


       Covid-19 yang mewabah di seluruh dunia, khususnya Indonesia belum juga mereda. Banyak perubahan tatanan kehidupan terjadi. Salah satunya adalah aspek pendidikan, perubahan proses belajar mengajar tatap muka secara langsung menjadi daring atau biasa disebut dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), yang kini hampir diterapkan di seluruh instansi pendidikan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa wacana peralihan sementara aktivitas belajar mengajar secara luring menjadi daring hanya berlangsung selama dua minggu. Namun, siapa sangka peralihan sistem luring ke daring ini telah berjalan setahun lamanya? 

         Bukan suatu perkara yang mudah bagi para pengajar dan peserta didik yang belum terbiasa dalam penggunaan teknologi untuk terjun ke sistem belajar daring ini. Dibutuhkan waktu untuk bisa beradaptasi. Perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih menjadi tantangan bagi pemerintah dalam penyesuaian kurikulum dan mekanisme pelaksanaan PJJ.


Berikut keuntungan pembelajaran jarak jauh bagi peserta didik :


Pertama, peserta didik dapat belajar di mana saja dan kapan saja. Pertemuan tatap muka secara daring dengan para pengajar dapat melalui platform video conference seperti Google Meet, Zoom, Microsoft Teams serta aplikasi chat seperti Whatsapp dan Line. Peserta didik melakukan pembelajaran di rumah sebagai bentuk menaati himbauan dari pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19.

Kedua, keleluasaan dalam waktu pembelajaran membantu peserta didik untuk mengatur skala prioritas dalam kesehariannya. Gawai yang semula hanya fasilitas untuk hiburan, seperti bermain game atau sekadar scrolling sosial media, sekarang beralih fungsi menjadi lebih produktif, bermanfaat dan mencerdaskan. Peserta didik dituntut untuk belajar bertanggung jawab dan menempatkan pembelajaran jarak jauh sebagai prioritas utamanya. Oleh sebab itu, pembelajaran non akademik seperti belajar bertanggung jawab dan manajemen waktu, sama pentingnya dengan pembelajaran akademik. 


Selain keuntungan, berikut kekurangan pembelajaran jarak jauh bagi peserta didik :


Pertama, durasi jam belajar yang lebih singkat dibandingkan dengan aktivitas tatap muka secara luring. Permasalahan jaringan internet dan keterbatasan kuota internet merupakan salah satu pemicu pengurangan waktu belajar. Pertemuan yang singkat mengakibatkan para pengajar tidak leluasa untuk menjelaskan materi. Terlebih jika pelajaran tersebut berkaitan dengan perhitungan yang memerlukan praktek langsung, yang kurang optimal disampaikan secara daring. Bahkan seringkali terjadi pemberian tugas tanpa melakukan penjelasan terlebih dahulu. Hal tersebut secara tidak langsung mengharuskan peserta didik untuk mandiri dalam belajar. Tidak hanya mengandalkan penjelasan dan jawaban dari para pengajar yang berkaitan, tetapi mereka dapat menelusuri dan mempelajari lebih lanjut dari berbagai sumber terkait materi yang kurang dikuasai.

Kedua, distraksi menjadi salah satu rintangan besar bagi peserta didik untuk mempertahankan konsentrasinya. Tidak dapat dipungkiri bahwa memandangi layar laptop dan gawai secara terus menerus membuat peserta didik jenuh dan bosan. Pada akhirnya, konsentrasi mereka buyar dan mencari aktivitas peralihan lain dibanding mengikuti pembelajaran. Acap kali terjadi, sekadar mengikuti google meet/zoom sebagai bentuk kehadiran, namun tidak memperhatikan. Lebih parahnya lagi, peserta didik tersebut tertidur, berkeliaran di rumah, bahkan bepergian keluar rumah.

Ketiga, berdasarkan survei KPAI, belajar di rumah selama pandemi membuat anak mengalami stres dan lelah. Peran pendampingan dari orang tua/wali sangat berpengaruh. Namun, tidak semua bisa mengawasi secara langsung saat jam belajar berlangsung, disebabkan oleh bentrok dengan jam kerja atau kesibukan lain. Tetapi, sebaiknya orang tua/wali tetap memberikan afeksi bagi anak-anaknya. Sesederhana bertanya di akhir hari, seperti menanyakan apa aja yang telah dipelajari, kesulitan apa yang sedang dihadapi, atau memberikan bantuan tuntunan belajar. Dengan demikian, perlunya suplai kasih sayang, dukungan dan perhatian yang cukup dari orang tua peserta didik untuk mendukung kelangsungan belajar tanpa batas yang efektif, seperti kegiatan belajar mengajar di sekolah sebelum pandemi melanda.



Anjangsana Sosial

Salam Ceria Dunia Pendidikan Indonesia





Dokumentasi : unsplash

Penulis : Azka Nurfaiza

Penyunting : Ananda Genta Pitaloka

Reading Time:

Rabu, 24 Februari 2021

Anjangsana Sosial road to Desa Mulyasari
Februari 24, 2021 2 Comments

 


Matahari tak pernah memilih siapa yang harus diberikan sinar. Mari kita coba teladani itu, pahamilah perbedaan dan hargai siapa pun dia.


Tak terasa, pandemi yang memilukan ini sudah berlangsung lebih dari satu tahun lamanya. Rasa awas, rindu, khawatir, dan bosan, berpadu menjadi satu. Tak sedikit dari kita yang harus merelakan waktu, perasaan, dan tenaga demi tetap berjuang dalam pandemi yang melanda bumi ini. 


Terpisah dari yang tersayang, kerabat, atau kenalan membuat kebutuhan sosial jadi sedikit terganggu kestabilannya. Namun, pandemi yang belum juga berakhir ini, tidak menyurutkan semangat Anjangsana Sosial untuk tetap menjalin dan merajut kembali tali silaturahmi kapanpun dan dimanapun, tentunya, dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku. 


Acara silaturahmi kali ini, Anjangsana Sosial kembali menyinggahi Desa Mulyasari di ketinggian 930 Mdpl. Penasaran dengan keseruan dan keramahan penduduk Desa Mulyasari, yuk simak cerita berikut.



Desa ini berada di wilayah Sukamulya, Sukamakmur, Bogor, Jawa Barat. Desa Mulyasari sebenarnya masih mudah dijangkau dari perkotaan, namun masih jarang yang mengetahui keberadaannya karena terletak di sekitar persawahan dan bukit-bukit.


Berbekalkan semangat untuk melihat keramahan penduduk disana, kami memulai perjalanan dengan do'a dan tagline Anjangsana Sosial "Salam ceria dunia pendidikan Indonesia."  


Untuk mencapai lokasi desa Mulyasari, kami harus melewati rintangan yang cukup menegangkan hati, seperti bebatuan, jalan yang licin, dan jurang yang lumayan mengerikan. Namun, hal tersebut tidak mematahkan semangat kami untuk terus melangkah. Sepanjang perjalanan, banyak sekali hal yang dapat dipelajari dari alam dan penduduk sekitar.



Walaupun kami sempat beberapa kali mengalami kendala motor yang mogok dan jatuh di tengah jalan, kami tetap melanjutkan perjalanan sembari terus bersyukur dan menikmati indahnya pemandangan alam. 


Setelah bertarung dengan perasaan lapar, lelah, dan gundah, akhirnya kami sampai di Desa Mulyasari yang asri. Hiruk pikuk perkotaan, tidak lagi dapat kami dengar. Hanya terdengar suara gemerisik dedaunan dan sapaan serta salam dari para penduduk desa.


Kami bertemu dengan tokoh masyarakat yang dihormati di Desa Mulyasari, Abi panggilannya. Canda tawa, serta perbincangan hangat menambah semangat untuk bertemu dengan adik-adik di Pesantren Desa Mulyasari. 


Kami menyapa, bercanda tawa, dan berbagi apa yang bisa kami beri kepada sebagian masyarakat sekitar, khususnya adik-adik. Senyuman dan tawa bahagia mereka, membawa angin sejuk di tengah pandemi yang melanda dunia ini. Diatas sana, Desa Mulyasari, terdapat anak-anak harapan dan penerus bangsa yang tengah tumbuh dan berkembang. 



Sembari berkeliling, tak henti-hentinya kami bersyukur, bahwa meski pandemi melanda, setidaknya masih ada generasi bangsa yang tetap semangat menimba ilmu dengan saling membantu dan gotong-royong.


Tidak terasa waktu telah berlalu, kami terpaksa meninggalkan Desa Mulyasari dengan senyuman dan diiringi dengan do'a. Semoga Desa Mulyasari tetap terjaga keasriannya dan terus menghasilkan anak-anak yang dapat berguna dan berbakti dikemudian hari. 


Sampai disini, Anjangsana Sosial menarik langkahnya kembali untuk tetap dan terus, tanpa henti, memperjuangkan kesamarataan pendidikan di Indonesia. 


Anjangsana Sosial 

Salam Ceria Dunia Pendidikan Indonesia






Dokumentasi : Anisa Syifa Sauqi

Penulis : Anisa Syifa Sauqi

Penyunting : Ananda Genta Pitaloka

Reading Time:

Selasa, 13 Oktober 2020

17 Agustus Bersama Anjangsana Sosial
Oktober 13, 20200 Comments


Bulan Agustus menjadi bulan yang sangat bersejarah bagi rakyat Indonesia. Sebab tepat pada 17 agustus kita merayakan hari kemerdekaan Indonesia. Karenanya untuk merayakan 17 agustus, Anjangsana Sosial mengadakan 17 Agustus Bersama ANSOS.


Acara ini berisikan lomba yang menarik bagi anak-anak. Terdapat beberapa lomba yang diadakan, seperti lomba mewarnai, baca puisi, rangking1, potret17ku, dan tiktok. Lomba-lomba ini dilakukan secara online, kecuali final untuk puisi yang dilakukan secara offline.


Pada lomba mewarnai, puisi, dan rangking1 hanya bisa ikuti anak-anak dari PAUD hingga SMA/SMK dengan berbagai kategori. Sedangkan untuk potret 17ku dan tiktok boleh diikuti oleh semua kalangan umur.



Selama 3 hari, panitia melakukan sosialisasi ke beberapa RT yang ada di RW 17 Beji Barat untuk mengajak warga agar ikut berpartisipasi dalam acara ini. Tak disangka, warga sangat berantusias dengan diadakannya lomba ini hingga membuat panitia sedikit kewalahan menanganinya.


Acara ini dibuka pada tanggal 18 Agustus - 22 Agustus. Dimana, dari tanggal 18 Agustus - 20 Agustus merupakan pembukaan, tanggal 21 Agustus untuk perlombaan, dan tanggal 22 Agustus merupakan penutupan dengan dibacakannya puisi dan pembagian hadiah.


Selama lomba berlangsung, sangat terlihat kreativitas dari anak-anak didik ansos dan warga RW 17 Beji Barat yang mengikuti lomba. Peserta berusaha membuat konten semenarik mungkin sehingga membuat juri cukup kesulitan memilih siapa yang terbaik.



Selagi mengadakan lomba, panitia juga tengah mempersiapkan acara penutupan pada tanggal 22 agustus yang diselenggarakan secara luring. Panitia meminta izin kepada Bapak RW 17, Kepala Karang Taruna, dan Satgas covid-19 untuk menyelenggarakan penutupan tersebut.


Berbagai peraturan dan persyaratan dibuat oleh panitia menyesuaikan dengan protokol kesehatan covid-19. Acara penutupan dimulai pukul 13.00 hingga 15.00 WIB berlokasi di Karang Taruna RW 17 Beji Barat.


Pada saat acara akan dimulai, warga yang datang akan melakukan cek suhu dan wajib memakai masker serta duduk di tempat yang sudah beri tanda oleh panitia. Warga yang datang ke penutupan tersebut hanyalah peserta pemenang lomba, finalis puisi, dan beberapa pengurus RW 17.



Acara penutupan dimulai dengan diawali oleh sambutan dari bapak Sukardi selaku ketua RW 17 dan Bang Aas selaku ketua karang taruna RW 17. Setelah kata sambutan, acara dilanjutkan dengan final lomba pembacaan lomba puisi.


Terdapat 4 finalis dari berbagai RT. Ketika semua finalis selesai membacakan puisinya, acara dilanjutkan dengan games sembari menunggu penilaian juri lomba puisi. Suasana berubah menjadi sangat menyenangkan saat games berlangsung.


Setelah juri sudah menentukan pemenangnya, acara dilanjutkan dengan pembagian hadiah peserta lomba. Raut gembira pun tampak pada wajah para peserta yang hadir. Peserta acara tampak tetap semangat, happy dan enjoy hingga akhir acara.








Dokumentasi : M. Ari Yusroon
Penulis: Rumika Damayanti
Penyunting : Diani Ratna Utami

Reading Time:

@ansos_pnj